Langsung ke konten utama

BPJS Kesehatan Versus Rumah Sakit Part 1

Ini bukan fiktif, ini fakta yang pernah terjadi pada saya. saya akan me"review" mengenai pengalaman saya menggunakan BPJS di Rumah Sakit kecil dan rumah sakit yang sudah ternama, dan juga menggunakan biaya pribadi di rumah sakit kecil dan rumah sakit yang sudah ternama. Untuk rumah sakit kecil saya mengambil salah satu sample rumah sakit di wilayah Tanjung Priok dan jelasnya bisa menggunakan fasilitas BPJS. Sedangkan Rumah Sakit ternama ada di daerah Bekasi yang mungkin pasiennya sudah antri - antri juga ya.  Bagaimana pembahasan selanjutnya? CEKIDOT ...
Salah Satu "Rumah Sakit Kecil" di Wilayah Tanjung Priok

Kenapa saya mengambil di daerah Tanjung Priok? 
Karena dekat dengan kantor saya. Hehehe ...

Kejadiannya tanggal 8 Nov 2018, tiba - tiba pada saat di kantor saya menggigil. Temen - temen kantor awalnya biasa saja karena saya suka bercanda juga di kantor ya, jadi mungkin mereka pikir itu semacam "PRANK". Tetapi makin lama saya makin mengigil, awalnya saya menolak untuk ke RS, setelah diskusi dengan suami by phone, akhirnya temen-temen memutuskan untuk membawa saya ke salah satu rumah sakit di daerah Tanjung Priok. 
Sesampai di RS temen - temen pada ngurusin administrasi, karena saya BPJS Kesehatan dan tiap bulan selalu bayar rutin, gak ada salahnya dong kalo saya mau berobat pake BPJS. Setibanya di IGD suhu tubuh saya diukur menggunakan termometer. Dan salah satu perawat mengatakan sambil bergumam kalo suhu tubuh saya mencapai 40 derajat celcius. Ternyata menurut info dari teman saya kalo BPJS saya ditolak karena menurut pihak IGD suhu tubuh saya belum mencapai 40 derajat celcius. Dan ini beneran aneh. Keanehannya yang perawat bilang kalo suhu tubuh saya 40 derajat celcius, sedangkan dokter bilang kalo suhu tubuh saya 39,8 derajat celcius yang artinya saya tidak bisa menggunakan BPJS saya untuk berobat. Dan saya berpikir "Masa' mau pake BPJS aja nunggu suhu tubuhnya 40 derajat celsius dulu ya?".
Mau gak mau nih temen saya bayarin dulu pake biaya pribadi. Temen saya bilang kalo seluruh administrasi sudah diberesin. Jadi nanti kalo infus sudah habis saya bisa langsung pulang. Hal ini juga sudah dibicarakan dengan suami saya. Saya paling gak betah di Rumah Sakit dan pengennya cepet pulang aja, jadi agak ilfil juga dengan pelayanan yang "aneh" itu. Dokter juga gak dateng ke tempat saya untuk menanyakan "Sudah enakan atau belum Bu?" yang ada dokternya teriak-teriak yang mungkin orang se-IGD denger semua dia ngomong apa. Dan menurut saya itu sangat tidak sopan. Please ya .. saya bayar pribadi ini lho, jadi tolong service juga dibagusin deh yaa. 
Namun setelah kami bersiap untuk pulang, suami saya masih dihampiri oleh salah satu perawat untuk bayar kekurangannya dan menebus obat untuk di rumah. FYI yaah .. di rumah sakit ini hanya bisa bayar tunai, gak bisa pake kredit card atau pun debit. Saya kaget ketika suami saya menghampiri saya menunjukkan kwitansi yang rasanya juga tidak masuk akal, disitu saya bertanya apa perbedaan antara administrasi, biaya IGD dan juga observasi? suami saya menanyakan kepada salah satu perawat di IGD dan mereka tampak kebingungan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan biaya yang dibayarkan bukan dengan jumlah yang sedikit. Hingga kami keluar rumah sakit pun tidak dijelaskan secara jelas "saya sakit apa?" tidak ada hasil observasi yang diterima tetapi ditagihkan biaya observasi. Ini malah semakin membuat saya bingung. Dan hingga saat ini pun ada perasaan tidak ikhlas kalo harus ke Rumah sakit itu lagi. 


Noted :

1. BPJS kesehatan sudah kita bayarkan rutin tiap bulan, kita juga punya hak dong berobat menggunakan BPJS. Kalo misalkan Rumah Sakit tidak menyetujui menggunakan BPJS, mending gak usah ada label "Menerima BPJS" deh di rumah sakit kalo emang ngurusnya juga berbelit-belit. 
2. Sempat kemarin ada salah satu ibu hamil yang sudah pendarahan di sebelah ruangan saya dan mau menggunakan BPJS tetapi ditolak mentah - mentah, akhirnya mereka pulang dengan sia - sia. Kasian juga kalo liat yang kayak gini. Jadi gak tega.
3. Kita pembayaran menggunakan biaya pribadi, tolong untuk palayanan lebih ditingkatkan kesopanannya. Manggil pasien atau kelurga pasien itu bukan kayak absen murid di kelas, gak usah teriak - teriak juga di IGD, kita jadi gak nyaman juga toh. 
4. Kalo kita menggunakan biaya pribadi, jangan malah nambah muncul biaya lain-lain yang gak masuk akal juga ya. 
5. Transparansi. Kalo kita nanya biaya yang harus dibayarkan, tolong untuk dijelaskan yang sejelas - jelasnya. Jadi gak abstrak gini deh.


Semoga ini bisa jadi pembelajaran untuk kita semua ya untuk lebih teliti memilih rumah sakit.

Next kita bandingin untuk rumah sakit yang skalanya lebih besar di lain wilayah ya ..


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tari Lahbako dan Tari Lahbako Na-Oogst Beda Gak?

Tari Lahbako merupakan salah satu tarian yang berasal dari Jember, Jawa Timur. Secara etimologis tari Lahbako berasal dari kata “Lah” yang artinya mengolah dan “Bako” yang artinya tembakau. Sehingga arti dari Lahbako adalah mengolah tembakau. Tembakau sendiri merupakan komoditas dari Kabupaten Jember yang hasilnya pun tidak jarang untuk diekspor ke Jerman. Melihat dari gerakan tarian Lahbako, nampak sekali bahwa tarian ini menceritakan tentang cara pengolahan tembakau mulai dari menanam, memetik, mengeringkan, dan merajang. Seluruh proses ini terangkum dalam gerakan tari Lahbako. Tarian tersebut hingga saat ini masih sering dipentaskan untuk penyambutan atau pembukaan suatu acara. Dalam pelaksanaannya Tari Lahbako dibagi menjadi dua, yaitu Tari Lahbako dan Tari Lahbako Na-Oogst. Munculnya kedua tarian tersebut masih menjadi kontroversial di kalangan seniman khususnya di Kabupaten Jember. Kedua tarian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada kostu

Air Tajin, Sebagai Pengganti ASI?

"Paling penting diingat adalah air tajin hanya berfungsi sebagai makanan tambahan, bukan sebagai pengganti ASI. Meski beras mengandung banyak vitamin dan mineral, namun kandungan nutrisinya lebih sedikit dibanding ASI" (theasianparent.com) Itu jawaban dari pertanyaan di atas ya Buibu. Jadi air tajin sendiri boleh dikonsumsi anak di atas 6 bulan atau bayi sudah dalam tahap MPASI. Sesuai dengan pengalaman pribadi juga sih Buibu kalo air tajin itu bukan prioritas ya, jadi hanya sebagai makanan tambahan. Hal ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Ketika produksi ASI sudah mulai berkurang dan juga si anak minumnya yang makin banyak, disitulah peran air tajin dibutuhkan. "Kenapa pake air tajin? kan ada susu formula untuk pendampingnya" STOOOOOOPPPP!!!!!!! Mohon maaf buibu awalnya saya sangat berambisi banget mewajibkan anak harus minum ASI sampek 2 tahun. Dan buat saya itu juga harus! tapi makin lama saya menyadari kalo ASI yang saya produksi makin

BPJS Kesehatan Versus Rumah Sakit Part 2

Artikel ini adalah lanjutan dari artikel "BPJS Kesehatan Versus Rumah Sakit Part 1". Pada artikel ini akan ada perbandingan bagaimana pelayanan BPJS pada salah satu rumah sakit yang memang benar benar melayani pasien BPJS dengan baik, saya ambil contoh salah satu rumah sakit yang memang booming di wilayah Bekasi (dibilang booming karena antrian bisa sampek berjam - jam dan dengan pelayanan yang bagus ya tentunya. Kalo gak bagus gak sampek antri antri juga deh yaa. hehehehe). Biasanya kalo udah pasien dengan label "Pasien BPJS" siap - siap aja deh dapet pelayanan jutek dari perawat atau bagian rekam medik atau mungkin yang lain lainnya. Harusnya kita cari tau juga nih, kenapa pasien BPJS yang notabene sama sama bayar tiap bulannya tapi dapetnya perlakuan yang beda juga? mungkin ada yang bisa bantu jawab? wkwkwkwkw... Jadi pengalaman banget nih di salah satu RS yang booming di Bekasi dan bisa menggunakan fasilitas BPJS pastinya, untuk menggunakan fasilitas